Daftar Menu

Kamis, 10 Oktober 2013

ICK Kognitif Taksonomi Bloom (versi inne)



A.    Dimesi Proses Kognitif dari Taksonomi Bloom
No
Kategori-kategori dan proses-proses kognitif
Definisi
Contoh
1.     
Mengingat
Membuka kembali memori di masa lampau mengenai pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
1.1
Mengenali ulang
Memperoleh kembali memori (ingatan) mengenai pengetahuan yang telah diketahui.
Siswa mengenali konsep dan rumus bangun ruang kubus dan balok.
1.2
Mengingat ulang
Menyebutkan kembali pengetahuan yang telah diperoleh di masa lalu
Siswa dapat mengingat ulang konsep dan rumus bangun ruanh kubus da balok.

2.
Memahami
Membangun konsep atau makna suatu pengetahuan sehingga mengerti benar.
2.1
Menginterpretasi (menafsir)
Pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap sesuatu. Mengubah suatu bentuk informasi (misalnya grafik atau diagram) ke bentuk lain (kalimat).
Siswa dapat mengubah suatu diagram ke dalam sebuah kalimat sederhana.
2.2
Mencontohkan
Memberikan contoh atau ilustrasi dari sebuah konsep pengetahuan.
Siswa memberikan contoh bilangan prima.
2.3
Mengklasifikasi
Mengelompokkan suatu konsep ke dalam suatu kategori.
Mengelompokkan bahan makanan berdasarkan zat yang dikandungnya.
2.4
Mengikhtisarkan
Membuat ringkasan cerita dan menuliskan poin-poin pokok dari suatu tema.
Merangkum materi sejarah Indonesia di masa penjajahan Jepang.
2.5
Menyimpulkan
Memberikan sebuah kesimpulan dari pengetahuan yang telah diperoleh.
Setelah mempelajari konsep bangun datar lingkaran siswa dapat menyimpulkan bahwa sisi sebuah lingkaran adalah keliling daru lingkaran tersebut.
2.6
Membandingkan
Mencari persamaan atau perbedaan dua ide, objek, konsep, dan sebagainya.
Membandingkan gerak benda pada permukaan yang berbeda (misalnya permukaan mulus dan kasar).
2.7
Mengekplanasi, menjelaskan
Mendeskripsikan secara lisan tentang suatu informasi (benda, keadaan, fakta dan data) sesuai dengan waktu dan peristiwa.
Menjelaskan pentingnya keutuhan NKRI.

3.
Mengaplikasikan/Menerapkan
Menggunakan suatu konsep atau prosedur yang telah diperoleh dalam situasi baru.
3.1
Mengeksekusi
Menerapkan suatu konsep ke dalam sesuatu yang telah dikenal.
Membagi suatu bilangan dengan bilangan lainnya dengan cara mengurangkan bilangan yang dibagi dengan bilangan pembaginya.
3.2
Mengimplementasi
Menerapkan suatu konsep atau prosedur yang telah diperoleh ke dalam sesuatu yang baru dikenal.
Menggunakan rumus luas persegi untuk mencari luas permukaan kubus.

4.
Menganalisis
Menguraikan suatu pokok terhadap bagiannya dan menelaah bagian itu serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan.
4.1
Membeda-bedakan
Memisahkan bagian yang penting dan tidak penting dari suatu informasi.
Membedakan sifat segitiga sama kaki dan segitiga sembarang.
4.2
Mengorganisasi
Mencari keterkaitan antara bagian-bagian dari suatu informasi.
Mencari keterkaitan antara persegi dan persegi panjang melalui sifatnya.
4.3
Mengatribusi
Menentukan ide pokok atau maksud dari suatu informasi.
Siswa mencari ide pokok dari sebuah paragraf.

5.
Mengevaluasi
Membuat penilaian sesuai dengan kriteria yang telah ada atau telah ditentukan sebelumnya.
5.1
Mengecek
Melihat kembali kekeliruan atau kesesuaian antara suatu hasil dengan proses berdasar perspektif, sudut pandang, atau kepentingan.
Memeriksa validitas suatu argumen.
5.2
Mengkritik
Menentukan kesesuaian antara hasil dengan kriteria pada sebuah masalah dengan disertai uraian dan pertimbangan baik buruknya.
Memberi penilaian terhadap guru yang merokok di ruangan kelas.

6.
Mengkreasi
Menciptakan suatu produk berdasarkan pengetahuan yang telah diperoleh.
6.1
Memunculkan
Membuat alternatif penyelesaian dari sebuah masalah yang ada.
Memberikan alternatif jawaban sementara dari percobaan konduktor dan isolator listrik.
6.2
Merencanakan
Membuat sebuah desain (langkah) penyelesaian dari sebuah permasalahan.
Merencanakan praktek mencangkok tanaman.
6.3
Memproduksi
Menciptakan suatu produk.
Menghasilkan jaring-jaring kubus yang berbeda dari jaring-jaring kubus yang dicontohkan


Selasa, 09 Juli 2013

Arisan Bangku



Pernahkah mendengar istilah “posisi menentukan prestasi”? Nampaknya istilah itu memang benar dimana posisi tempat duduk seorang siswa berpengaruh terhadap prestasi yang diraihnya. Siswa yang duduk di bangku deretan depan biasanya lebih cepat menangkap materi yang disampaikan oleh guru, sementara siswa yang duduk di bangku belakang cenderung menjadi bagian dari 25% siswa yang tertinggal meskipun pernyataan di atas bisa disangkal karena banyak juga siswa yang duduknya di bangku belakang mempunyai prestasi gemilang di kelasnya.
Posisi tempat duduk siswa memang mempunyai pengaruh terhadap prestasinya di kelas. Dimana siswa yang duduk di bangku depan mau tidak mau harus memperhatikan guru yang sedang mengajar. Sehingga secara tidak langsung siswa tersebut akan mudah menyerap materi. Berbeda dengan siswa yang duduk di belakang, mereka memiliki kesempatan lebih banyak untuk tidak memperhatikan guru dalam proses pembelajaran.
Penataan tempat duduk yang tepat dalam kelas merupakan salah satu aspek penting dalam manajemen kelas. Salah satu prinsip umum adalah bahwa siswa seharusnya memiliki ruang yang cukup untuk bekerja dengan nyaman. Jika guru mengharapkan siswanya banyak bergerak di dalam kelas, seharusnya ruang yang digunakan cukup untuk siswa dan guru itu bergerak tanpa menabrak dan mengganggu siswa lainnya yang sedang bekerja. Dalam penataan tempat duduk ini juga tergantung pada sumber daya yang tersedia.
Selain itu, aspek pedagogis juga harus diperhatikan. Hal ini terkait pemilihan penataan tempat duduk yang tepat perlu dilakukan dengan menyelaraskan antara format dan tujuan pelajaran, karena penempatan siswa dapat mempengaruhi efektivitas tipe-tipe penyampaian pelajaran yang berbeda. Bila yang digunakan adalah gaya pengajaran langsung dimana guru menghabiskan banyak waktu untuk menyampaikan isi pelajaran dan ada interaksi dengan seluruh kelas, maka posisi seluruh siswa harus dapat melihat guru dan alat-alat yang digunakan. Tidak ada siswa yang membelakangi guru. Dengan demikian memungkinkan terjadinya tatap muka sekaligus guru dapat mengontrol tingkah laku siswa. Cara penataan tempat duduk dapat diatur oleh guru, misalnya dengan mendudukkan siswa-siswa dalam posisi baris-berbaris menghadap guru, setengah lingkaran, atau letter U. Namun yang akan dibahas kali ini adalah posisi baris-berbaris seperti yang terlihat di bawah ini.
 

Keterangan:
1.      Lemari buku siswa
2.      Papan tulis
3.      Meja guru
4.      Bangku siswa
5.      Tempat penyimpanan alat peraga.
Pengaturan tempat duduk seperti di atas adalah contoh untuk pengaturan pola baris-berbaris yang umumnya digunakan di Sekolah Dasar dan memungkinkan untuk pembelajaran secara klasikal di dalam kelas, tidak cocok untuk pembelajaran kerja kelompok.
Di sekolah-sekolah (Sekolah Dasar) sebelum sekolah dimulai guru harus menentukan apakah akan menempatkan setiap siswa pada bangku tertentu, atau mengijinkan siswa memilih bangkunya masing-masing. Pada umumnya, pada awal tahun ajaran gurulah yang menentukan bangku yang akan ditempati masing-masing siswa. Sebaiknya guru mengumumkan posisi tempat duduk yang telah ditentukan bersifat sementara sampai guru selesai mempelajari nama-nama siswa, perilaku dan tingkah laku siswa kira-kira selama satu bulan. Guru boleh saja menegaskan siswa untuk memilih bangku lain yang telah ditentukan sebelumnya. Namun bila terdapat beberapa siswa yang sulit, lebih baik jika guru tetap mengontrol pola tempat duduk siswa, memisahkan siswa-siswa yang bermasalah dan menempatkan mereka di area yang mudah dimonitori. Guru tidak perlu memisahkan siswa bermasalah atau menampakkan bahwa mereka sengaja ditempatkan di tempat tertentu. Apapun pola duduk yang dipilih, selalu perhatikan dan waspadai kebutuhan dengar dan pandang khusus dari siswa-siswa yang bermasalah.
Salah satu kelemahan dari posisi duduk baris berbaris adalah tidak meratanya penyerapan materi bagi siswa yang duduk di depan dan di belakang. Hanya siswa yang duduk di depan saja yang dapat menangkap materi dengan jelas sedangkan siswa yang duduk dibelakang cenderung tidak memperhatikan guru. Agar adanya keadilan dalam posisi tempat duduk harus ada pemerataan dalam hal giliran untuk duduk di posisi depan dan belakang. Untuk pemerataan tersebut, maka dilakukanlah arisan bangku.
Arisan bangku adalah penentuan tempat duduk secara dikocok. Setiap tanggal 1 dan 15 masing-masing siswa mengambil nomor yang ada pada kocokan. Sebelumnya guru telah memberikan nomor terlebih dahulu pada setiap bangku. Siswa yang mendapatkan kocokan nomor 1, duduk di bangku nomor 1 begitu pula untuk nomor-nomor lainnya.
Setelah siswa mendapatkan nomornya, dia menuliskan namanya di tabel bangku yang ditempel di depan kelas. Hal ini untuk mempermudah guru dalam menghapal nama siswa. Tabel bangku yang ada seperti di bawah ini.
   
Hal ini dilakukan secara terus-menerus setiap tanggal 1 dan 15 sehingga setiap siswa berkesempatan untuk duduk di bangku depan, tengah, belakang, samping kanan, samping kiri sesuai dengan keberuntungannya.
Pola tempat duduk pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya. Kelebihan dari penentuan bangku ini adalah dapat mengakrabkan antara siswa yang satu dengan yang lainnya. Arisan bangku ini tidak memisahkan antara siswa yang pandai dengan yang kurang pandai, yang baik dengan yang nakal, namun semuanya berbaur.
Selain itu juga terdapat kelemahannya, yaitu bisa saja siswa A kebagian duduk di bangku yang sama setiap bulannya karena ini tergantung pada keberuntungan siswa tersebut.
Kita bisa mengurangi kelemahan dari posisi tempat duduk dengan arisan bangku ini misalnya siswa A yang selalu duduk di bangku yang sama ditukar dengan siswa lain namun sebelumnya harus ada komitmen guru dan seluruh siswa di awal agar peraturan arisan bangku ini bisa diterapkan.

Sumber Referensi:
L. Partin, Ronald. (2012). Kiat Nyaman Mengajar di Dalam Kelas. Jakarta: PT Indeks.