Daftar Menu

Senin, 03 Desember 2012

Guru Juga Harus Canggih



Kali ini kita telah memasuki abad 21, yang sering kita sebut sebagai era globalisasi. Menurut wikipedia globalisasi adalah keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi semakin sempit. Atau globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu, antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Era globalisasi ini bisa disebut sebagai tantangan karena pada era ini perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan secara melesat. Perkembangan yang terjadi semakin pesat. Dampak yang terjadi adalah banyaknya perubahan-perubahan terutama dalam hal pendidikan.
Para ahli mengatakan bahwa era globalisasi merupakan era pengetahuan karena pengetahuan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Menurut Naisbit (1995) ada 10 kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan di era globalisasi yaitu; 1) dari masyarakat industri ke masyarakat informasi, 2) dari teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, 3) dari ekonomi nasional ke ekonomi dunia, 4) dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang, 5) dari sentralisasi ke desentralisasi, 6) dari bantuan institusional ke bantuan diri, 7) dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris, dari hierarki-hierarki ke penjaringan, 9) dari utara ke selatan, dan 10) dari pilihan biner ke pilihan majemuk. Berbagai implikasi kecenderungan tersebut berdampak terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan. Selanjutnya Naisbitt (1995) mengemukakan ada 8 kecenderungan besar di Asia yang ikut mempengaruhi dunia yaitu; 1) dari negara bangsa ke jaringan, 2) dari tuntutan eksport ke tuntutan konsumen, 3) dari pengaruh Barat ke cara Asia, 4) dari kontrol pemerintah ke tuntutan pasar, 5) dari desa ke metropolitan, 6) dari padat karya ke teknologi canggih, 7) dari dominasi kaum pria ke munculnya kaum wanita, dan dari Barat ke Timur. Kedelapan kecenderungan itu akan mempengaruhi tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di desa maupun di kota. Pada gilirannya semua itu akan mempengaruhi pola-pola pendidikan yang lebih disukai dengan tuntutan kecenderungan tersebut. Dalam hubungan dengan ini pendidikan ditantang untuk mampu menyiapkan sumber daya manusia yang mampu menghadapi tantangan kecenderungan itu tanpa kehilangan nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsanya.
Menurut Makagiansar (1996) memasuki era glogalisasi pendidikan akan mengalami pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: 1) dari belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, 2) dari belajar berfokus penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, 3) dari citra hubungan guru-murid yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, 4) dari pengajar yang menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus pendidikan nilai, 5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat teknologi, budaya, dan komputer, 6) dari penampilan guru yang terisolasi ke penampilan dalam tim kerja, 7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke orientasi kerja sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat kompetitif.
Siswa yang karakteristiknya memiliki rasa keingin tahuan yang sangat besar lebih ngulik dalam hal teknologi. Mereka lebih tahu dan kreatif jika dibandingkan dengan guru-guru yang sudah cukup umur. Meski banyak pula guru-guru muda yang melek teknologi, namun masih banyak pula guru yang kurang canggih. Penyebab guru yang tidak canggih itu mungkin karena sebagian guru senior belum mengenal komputer sejak duduk di bangku SD hingga tamat Sekolah Pendidikan Guru. Jika ada yang sudah mengenal komputer mungkin dikarenakan keinginan pribadi untuk belajar dan menggunakan komputer atau tuntutan keadaan yang mengharuskan guru tersebut bisa menggunakan komputer.
Para profesional guru perlu memiliki kemampuan dalam melengkapi peserta didik menjadi warga global. Peserta didik yang siap menjadi warga global tidak boleh lagi memiliki kecanggungan atau kendala dalam merespons dan berinteraksi dengan warga lain yang memiliki latar belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Di era globalisasi sekarang ini, e-learning (electronic learning) menjadi trend dimana-mana. Dalam konteks ini, kesigapan guru untuk menguasai ICT dan menyediakan materi belajar yang cocok untuk F- learning (flexible learning) bagi anak didik kita menjadi sangat vital. Ketrampilan siswa dalam komputer dan menggunakan internet juga sangat penting. Sayangnya, banyak guru yang justru resisten terhadap inovasi teknologi pembelajaran karena tidak mau belajar lagi hal-hal baru yang lebih sesuai dengan perkembangan zaman. Ada empat ciri budaya atau kiat sukses di era informasi/globalisasi, yaitu :
·         Melek teknologi
·         Kecepatan dalam semua proses kerja
·         Kreativitas dan inovasi
·         Kemampuan mengembangkan relasi tanpa batas wilayah dan budaya
Melek teknologi bagi seorang guru profesional haruslah menjadi kebutuhan agar tidak tertinggal. Kecepatan dalam semua proses kerja juga sangat menentukan sukses kita dalam menangkap peluang yang datangnya pasti tidak setiap saat. Kreativitas dan kemampuan mengembangkan metode pembelajaran yang inovatif sangat penting dalam pengembangan diri setiap guru. Kesuksesan dalam mendidik di era globalisasi akan sangat tergantung pada persiapan-persiapan yang kita lakukan sekarang.
Guru di era global adalah guru yang mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara profesional. Wardiman Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam makalahnya bahwa bangsa kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki kemampuan dalam menguasai keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu bekerja secara profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat menghasilkan karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari keahlian. Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan yang diberikan dari orang lain.
Tidak dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan yang semakin ketat dalam era globalisasi, terutama dalam bidang pendidikan. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme guru adalah melalui sertifikasi yang merupakan sebuah proses ilmiah yang memerlukan pertanggungjawaban moral dan akademis.
Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) yang begitu cepat di abad ke-21 ini telah mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, termasuk proses belajar mengajar. Ketika sumber informasi bisa diakses darimana saja tanpa hambatan, para pendidik dituntut dan berkesempatan memanfaatkan kemajuan tersebut untuk menemukan cara pembelajaran yang lebih efektif. Dengan kata lain, di era 21 ini guru juga harus canggih tidak hanya murid saja yang mengikuti perkembangan kemajuan teknologi.
          Salah satu bentuk kemajuan teknologi informasi yang bisa diaplikasikan oleh guru adalah e-learning (pembelajaran jarak jauh). Menurut Henderson,(1987) e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer, atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. Dengan cara ini, pembelajar bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari, ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
          Saat ini mungkin hampir sebagian penduduk Indonesia memiliki situs jejaring sosial benama facebook. Bahkan siswa Sekolah Dasar pun sudah memilikinya. Hal ini tentunya harus bisa dimanfaatkan oleh guru yang canggih tersebut. Jika kebanyakan orang mempunyai akun facebook untuk menambah relasi atau teman, kita harus bisa memanfaatkannya untuk media pembelajaran jarak jauh.
Dalam sistus jejaring sosial bernama facebook terdapat grup. Guru tinggal membuat grup dan mengundang muridnya untuk bergabung dalam grup tersebut. Agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan menyenangkan, ada beberapa tips yang bisa diterapkan.
·         Guru perlu membuat peraturan yang wajib dipatuhi murid-murid yang tergabung di grup facebook. Ini bertujuan supaya proses belajar di grup tetap kondusif dan tujuan pembelajaran tercapai. Termasuk didalamnya mengingatkan murid-murid untuk tetap bersikap sopan dalam memberikan pendapat atau komentar.
·         Guru harus kreatif dalam menampilkan materi-materi di grup facebook agar aktifitas belajar lebih hidup. Apalagi dengan beragamnya sumber belajar di internet menjadikan guru punya banyak kesempatan membuat sesuatu yang berbeda dengan belajar di dalam kelas. Atau bisa juga menyisipkan video yang bagus untuk dibahas seperti memutarkan video dari YouTube yang berkaitan dengan pelajaran yang dibahas.
·         Guru juga jangan sampai lupa untuk memuji murid-murid yang bersikap baik dan aktif di grup facebook. Ataupun memberikan ucapan selamat bila ada diantara mereka yang berulang tahun atau mungkin memberikan semangat ketika mereka sedang mempersiapkan diri untuk ujian. Guru bisa lebih kreatif dengan mengirimkan ucapan dalam bentuk yang unik.
Selain dengan adanya grup tersebut, melalui situs jejaring sosial facebook, siswa bisa mengirimkan tugas tanpa harus bertemu dengan guru. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah kreativitas guru dan jangan sampai siswa kecanduan facebook sehingga malas belajar.
Jadi sebagai guru yang hidup di era globalisasi ini, kita harus canggih, jangan kalah canggih sama muridnya. Kita harus terus mengikuti perkembangan jaman terutama ilmu pengetahuan dan teknologi. Guru harus memanfaatkan kemajuan IPTEK ini menjadi sebuah pembelajaran walaupun fungsi utamanya bukan untuk belajar, seperti sistus jejaring sosial facebook tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, beberapa tahun yang akan datang teknologi akan semakin canggih, jadi kita sebagai guru jangan telat canggih. Bahkan jika bisa, ciptakan teknologi sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar