Kali ini kita telah
memasuki abad 21, yang sering kita sebut sebagai era globalisasi. Menurut
wikipedia globalisasi adalah
keterkaitan dan ketergantungan antar bangsa dan antar manusia di seluruh dunia
melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya populer, dan bentuk-bentuk interaksi yang lain sehingga batas-batas suatu negara menjadi
semakin sempit. Atau globalisasi adalah suatu proses di mana antar individu,
antar kelompok, dan antar negara saling berinteraksi, bergantung, terkait, dan
memengaruhi satu sama lain yang melintasi batas negara.
Era globalisasi ini bisa disebut
sebagai tantangan karena pada era ini perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi berjalan secara melesat. Perkembangan yang terjadi semakin pesat.
Dampak yang terjadi adalah banyaknya perubahan-perubahan terutama dalam hal
pendidikan.
Para
ahli mengatakan bahwa era globalisasi merupakan era pengetahuan karena
pengetahuan menjadi landasan utama segala aspek kehidupan. Menurut Naisbit
(1995) ada 10 kecenderungan besar yang akan terjadi pada pendidikan di era
globalisasi yaitu; 1) dari masyarakat industri ke masyarakat informasi, 2) dari
teknologi yang dipaksakan ke teknologi tinggi, 3) dari ekonomi nasional ke
ekonomi dunia, 4) dari perencanaan jangka pendek ke perencanaan jangka panjang,
5) dari sentralisasi ke desentralisasi, 6) dari bantuan institusional ke
bantuan diri, 7) dari demokrasi perwakilan ke demokrasi partisipatoris, dari
hierarki-hierarki ke penjaringan, 9) dari utara ke selatan, dan 10) dari
pilihan biner ke pilihan majemuk. Berbagai implikasi kecenderungan tersebut
berdampak terhadap dunia pendidikan yang meliputi aspek kurikulum, manajemen
pendidikan, tenaga kependidikan, strategi dan metode pendidikan. Selanjutnya
Naisbitt (1995) mengemukakan ada 8 kecenderungan besar di Asia yang ikut
mempengaruhi dunia yaitu; 1) dari negara bangsa ke jaringan, 2) dari tuntutan
eksport ke tuntutan konsumen, 3) dari pengaruh Barat ke cara Asia, 4) dari
kontrol pemerintah ke tuntutan pasar, 5) dari desa ke metropolitan, 6) dari
padat karya ke teknologi canggih, 7) dari dominasi kaum pria ke munculnya kaum
wanita, dan dari Barat ke Timur. Kedelapan kecenderungan itu akan mempengaruhi
tata nilai dalam berbagai aspek, pola dan gaya hidup masyarakat baik di desa
maupun di kota. Pada gilirannya semua itu akan mempengaruhi pola-pola
pendidikan yang lebih disukai dengan tuntutan kecenderungan tersebut. Dalam
hubungan dengan ini pendidikan ditantang untuk mampu menyiapkan sumber daya
manusia yang mampu menghadapi tantangan kecenderungan itu tanpa kehilangan
nilai-nilai kepribadian dan budaya bangsanya.
Menurut
Makagiansar (1996) memasuki era glogalisasi pendidikan akan mengalami
pergeseran perubahan paradigma yang meliputi pergeseran paradigma: 1) dari
belajar terminal ke belajar sepanjang hayat, 2) dari belajar berfokus
penguasaan pengetahuan ke belajar holistik, 3) dari citra hubungan guru-murid
yang bersifat konfrontatif ke citra hubungan kemitraan, 4) dari pengajar yang
menekankan pengetahuan skolastik (akademik) ke penekanan keseimbangan fokus
pendidikan nilai, 5) dari kampanye melawan buta aksara ke kampanye melawan buat
teknologi, budaya, dan komputer, 6) dari penampilan guru yang terisolasi ke
penampilan dalam tim kerja, 7) dari konsentrasi eksklusif pada kompetisi ke
orientasi kerja sama. Dengan memperhatikan pendapat ahli tersebut nampak bahwa
pendidikan dihadapkan pada tantangan untuk menghasilkan sumber daya manusia
yang berkualitas dalam menghadapi berbagai tantangan dan tuntutan yang bersifat
kompetitif.
Siswa yang karakteristiknya memiliki
rasa keingin tahuan yang sangat besar lebih ngulik dalam hal teknologi. Mereka
lebih tahu dan kreatif jika dibandingkan dengan guru-guru yang sudah cukup
umur. Meski banyak pula guru-guru muda yang melek teknologi, namun masih banyak
pula guru yang kurang canggih. Penyebab guru yang tidak canggih itu mungkin
karena sebagian guru senior
belum mengenal komputer sejak duduk di bangku SD hingga tamat Sekolah
Pendidikan Guru. Jika ada yang sudah mengenal komputer mungkin dikarenakan
keinginan pribadi untuk belajar dan menggunakan komputer atau tuntutan keadaan
yang mengharuskan guru tersebut bisa menggunakan komputer.
Para profesional guru perlu memiliki
kemampuan dalam melengkapi peserta didik menjadi warga global. Peserta didik yang
siap menjadi warga global tidak boleh lagi memiliki kecanggungan atau
kendala dalam merespons dan berinteraksi dengan warga lain yang memiliki latar
belakang budaya dan bahasa yang berbeda-beda. Di era globalisasi sekarang ini, e-learning (electronic learning) menjadi
trend dimana-mana. Dalam konteks ini,
kesigapan guru untuk menguasai ICT dan menyediakan materi belajar yang cocok
untuk F- learning (flexible learning) bagi anak didik kita menjadi sangat
vital. Ketrampilan siswa dalam komputer dan menggunakan internet juga sangat
penting. Sayangnya, banyak guru yang justru resisten terhadap inovasi teknologi
pembelajaran karena tidak mau belajar lagi hal-hal baru yang lebih sesuai
dengan perkembangan zaman. Ada empat ciri budaya atau kiat sukses di era
informasi/globalisasi, yaitu :
·
Melek teknologi
·
Kecepatan dalam semua proses kerja
·
Kreativitas dan inovasi
·
Kemampuan mengembangkan relasi tanpa
batas wilayah dan budaya
Melek teknologi bagi seorang guru
profesional haruslah menjadi kebutuhan agar tidak tertinggal. Kecepatan dalam
semua proses kerja juga sangat menentukan sukses kita dalam menangkap peluang
yang datangnya pasti tidak setiap saat. Kreativitas dan kemampuan mengembangkan
metode pembelajaran yang inovatif sangat penting dalam pengembangan diri setiap
guru. Kesuksesan dalam mendidik di era globalisasi akan sangat tergantung pada
persiapan-persiapan yang kita lakukan sekarang.
Guru di era global adalah guru yang
mempunyai tugas memberikan pendidikan bermutu secara profesional. Wardiman
Djojonegoro dalam konteks ini pernah menyatakan dalam makalahnya bahwa bangsa
kita menyiapkan diri untuk memiliki sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.
Ciri SDM yang berkualitas tersebut adalah memiliki kemampuan dalam menguasai
keahlian dalam suatu bidang yang berkaitan dengan iptek, mampu bekerja secara
profesional dengan orientasi mutu dan keunggulan, dan dapat menghasilkan
karya-karya unggul yang mampu bersaing secara global sebagai hasil dari
keahlian. Sebagai tenaga pendidikan, guru professional tidak lepas dari pencitraan
yang diberikan dari orang lain.
Tidak
dapat disangkal lagi bahwa profesionalisme guru merupakan sebuah kebutuhan yang
tidak dapat ditunda-tunda lagi, seiring dengan semakin meningkatnya persaingan
yang semakin ketat dalam era globalisasi, terutama dalam bidang pendidikan.
Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan profesionalisme
guru adalah melalui sertifikasi yang merupakan sebuah proses ilmiah yang
memerlukan pertanggungjawaban moral dan akademis.
Kemajuan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK) yang begitu cepat di abad ke-21 ini telah mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan, termasuk proses belajar mengajar. Ketika sumber
informasi bisa diakses darimana saja tanpa hambatan, para pendidik dituntut dan
berkesempatan memanfaatkan kemajuan tersebut untuk menemukan cara pembelajaran
yang lebih efektif. Dengan kata lain, di era 21 ini guru
juga harus canggih tidak hanya murid saja yang mengikuti perkembangan kemajuan
teknologi.
Salah satu
bentuk kemajuan teknologi informasi yang bisa diaplikasikan oleh guru adalah
e-learning (pembelajaran jarak jauh). Menurut Henderson,(1987)
e-learning adalah pembelajaran jarak jauh yang menggunakan teknologi komputer,
atau biasanya Internet (The e-learning Question and Answer Book, 2003). Henderson menambahkan juga bahwa e-learning memungkinkan
pembelajar untuk belajar melalui komputer di tempat mereka masing-masing tanpa
harus secara fisik pergi mengikuti pelajaran di kelas. Dengan cara ini, pembelajar
bisa mengatur sendiri waktu belajar, dan tempat ia mengakses ilmu yang
dipelajari. Jika, pembelajaran ditunjang oleh perusahaan, maka si pembelajar
bisa mengakses modul yang dipelajarinya dengan mengkoordinasikan waktu ia
belajar dan waktu ia bekerja. Misalnya, jika pada pagi hari sampai siang hari,
ia dituntut untuk menyelesaikan pekerjaannya di kantor, maka ia bisa
menyisihkan waktu di sore hari menjelang pulang untuk belajar. Tugas-tugas yang
sehubungan dengan e-learning yang ditekuni pun bisa disesuaikan waktu
pengerjaannya dengan kesibukan pembelajar.
Saat
ini mungkin hampir sebagian penduduk Indonesia memiliki situs jejaring sosial
benama facebook. Bahkan siswa Sekolah Dasar pun sudah memilikinya. Hal ini
tentunya harus bisa dimanfaatkan oleh guru yang canggih tersebut. Jika
kebanyakan orang mempunyai akun facebook untuk menambah relasi atau teman, kita
harus bisa memanfaatkannya untuk media pembelajaran jarak jauh.
Dalam sistus jejaring sosial bernama
facebook terdapat grup. Guru tinggal membuat grup dan mengundang muridnya untuk
bergabung dalam grup tersebut. Agar pembelajaran berlangsung secara efektif dan
menyenangkan, ada beberapa tips yang bisa diterapkan.
·
Guru perlu
membuat peraturan yang wajib dipatuhi murid-murid yang tergabung di grup
facebook. Ini bertujuan supaya proses belajar di grup tetap kondusif dan tujuan
pembelajaran tercapai. Termasuk didalamnya mengingatkan murid-murid untuk tetap
bersikap sopan dalam memberikan pendapat atau komentar.
·
Guru harus
kreatif dalam menampilkan materi-materi di grup facebook agar aktifitas belajar
lebih hidup. Apalagi dengan beragamnya sumber belajar di internet menjadikan
guru punya banyak kesempatan membuat sesuatu yang berbeda dengan belajar di
dalam kelas. Atau bisa juga menyisipkan video yang bagus untuk dibahas seperti
memutarkan video dari YouTube yang berkaitan dengan pelajaran yang dibahas.
·
Guru juga
jangan sampai lupa untuk memuji murid-murid yang bersikap baik dan aktif di
grup facebook. Ataupun memberikan ucapan selamat bila ada diantara mereka yang
berulang tahun atau mungkin memberikan semangat ketika mereka sedang
mempersiapkan diri untuk ujian. Guru bisa lebih kreatif dengan mengirimkan
ucapan dalam bentuk yang unik.
Selain dengan adanya grup tersebut,
melalui situs jejaring sosial facebook, siswa bisa mengirimkan tugas tanpa
harus bertemu dengan guru. Hal terpenting yang perlu diperhatikan adalah
kreativitas guru dan jangan sampai siswa kecanduan facebook sehingga malas
belajar.
Jadi sebagai guru yang hidup di era
globalisasi ini, kita harus canggih, jangan kalah canggih sama muridnya. Kita
harus terus mengikuti perkembangan jaman terutama ilmu pengetahuan dan
teknologi. Guru harus memanfaatkan kemajuan IPTEK ini menjadi sebuah
pembelajaran walaupun fungsi utamanya bukan untuk belajar, seperti sistus
jejaring sosial facebook tersebut.
Tidak dapat dipungkiri, beberapa tahun
yang akan datang teknologi akan semakin canggih, jadi kita sebagai guru jangan
telat canggih. Bahkan jika bisa, ciptakan teknologi sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar