Daftar Menu

Selasa, 27 November 2012

PKn dan Permainan Ular Tangga


 Ular Tangga PKn - Organisasi di Lingkungan Sekolah dan Masyarakat
  • Ular tangga ini sama saja seperti ular tangga pada umumnya, dimana masing-masing pemain mengocok dadu dan berjalan beberapa petak sesuai dengan angka dadu.
  • Apabila pion berhenti di gambar tangga maka maju sesuai dengan petak yang ditunjukkan tangga 
  • Apabila pion berhenti di petak bergambar ular maka pion mundur sesuai dengan kepala atau ekor ular tersebut. Oada ujung ular terdapat sifat-sifat dan perilaku tercela yang tidak boleh ada pada suatu organisasi. 
  • Dalam permainan ular tangga ini terdapat beberapa petak berwarna merah dan kuning. Apabila pion berhenti pada petak berwarna merah atau kuning, pemain berhak menngambil kartu sesuai dengan warna petaknya. Kartu ini berisi pertanyaan tentang organisasi yang berada di lingkungan sekolah dan masyarakat. Pemain berhak mendapatkan poin 10 apabila berhasil menjawab pertanyaan dengan benar. 
  • Permainan ini dilakukan secara bergantian.



KARTU MERAH:
  1.  Sebutkan 3 bentuk organisasi di sekolah!
  2. OSIS singkatan dari … 
  3.  PMR singkatan dari … 
  4.  Organisasi di lingkungan sekolah yang bergerak di bidang kesehatan adalah…
  5. Unsur organisasi kelas yang bertugas mengurusi administrasi kelas adalah…
  6. Sebutkan tugas bendahara kelas!
  7. Apa tujuannya didirikan koperasi sekolah?
  8.  Siapa sajakah yang dapat menjadi komite sekolah?
  9. Kegiatan apa saja yang sering dilaksanakan oleh organisasi kepramukaan? 
  10. Apa saja tugas dan peran seorang ketua kelompok belajar?
KARTU KUNING:
  1. Organisasi formal adalah ... , contohnya ...
  2. Contohnya organisasi informal adalah ...
  3. Organisasi yang bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil organisasi adalah … 
  4. LKMD adalah organisasi yang bertempat di ...
  5. Organisasi sosial adalah ....
  6. Sebutkan contoh organisasi sosia!
  7. Organisasi resmi adalah ....
  8.  Sebutkan contoh organisasi resmi!
  9. Organisasi tidak resmi adalah ....
  10. Sebutkan contoh organisasi tidak resmi!


Rabu, 21 November 2012

Supervisi Pendidikan



Supervisi Pendidikan

            Secara morfologis, Supervisi berasal dari dua kata bahasa Inggris, yaitu super dan vision. Super berarti diatas dan vision berarti melihat, masih serumpun dengan inspeksi, pemeriksaan dan pengawasan, dan penilikan, dalam arti kegiatan yang dilakukan oleh atasan (orang yang berposisi diatas, pimpinan) terhadap hal-hal yang ada dibawahnya. Supervisi juga merupakan kegiatan pengawasan tetapi sifatnya lebih human, manusiawi. Kegiatan supervisi bukan mencari-cari kesalahan tetapi lebih banyak mengandung unsur pembinnaan, agar kondisi pekerjaan yang sedang disupervisi dapat diketahui kekurangannya (bukan semata - mata kesalahannya) untuk dapat diberitahu bagian yang perlu diperbaiki.
Badan Kajian dan Pengembangan Pendidikan dan Kebudayaan (1982: 1) dalam Pengelolaan Pendidikan 2010: 229 mendefinisikan supervisi pendidikan sebagai: “segala usaha yang memberikan kesempatan kepada guru untuk berkembang secara professional, sehingga mereka lebih mampu lagi dalam melaksanakan tugas pokoknya,k yaitu memperbaiki dan menyempurnakan proses belajar mengajar.
Supervisi adalah bantuan dalam pengembangan situasi belajar mengajar agar memperoleh  kondisi yang lebih baik. Meskipun tujuan akhirnya tertuju pada hasil belajar siswa, namun yang diutamakan dalam supervisi adalah bantuan kepada guru. Orang yang melakukan supervisi disebut supervisor. Di bidang pendidikan disebut supervisor pendidikan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa supervisi pendidikan adalah kegiatan menontrol, mengawasi, dan memberikan saran yang dilakukan oleh seorang supervisor pendidikan kepada guru (tenaga pendidik) dalam mengembangkan, memperbaiki, dan menyempurnakan usaha guru dalam memberikan pelayanan kepada siswa agar tujuan dari pendidikan itu tercapai.
Tujuan utama supervisi adalah memperbaiki pengajaran (Neagly & Evans, 1980; Oliva, 1984; Hoy & Forsyth, 1986; Wiles dan Bondi, 1986; Glickman, 1990). Tujuan umum Supervisi adalah memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada guru dan staf agar personil  tersebut mampu meningkatkan kwalitas kinerjanya, dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses belajar mengajar. Tujuan konkrit dari supervisi pendidikan yaitu:
1.    Meningkatkan mutu kinerja guru
·       Membantu guru dalam memahami tujuan pendidikan dan apa peran sekolah dalam mencapai tujuan tersebut
·       Membantu guru dalam melihat secara lebih jelas dalam memahami keadaan dan kebutuhan siswanya.
·       Membentuk moral kelompok yang kuat dan mempersatukan guru dalam satu tim yang efektif, bekerjasama secara akrab dan bersahabat serta saling menghargai satu dengan lainnya.
·       Meningkatkan kualitas pembelajaran yang pada akhirnya meningkatkan prestasi belajar siswa.
·       Meningkatkan kualitas pengajaran guru baik itu dari segi strategi, keahlian dan alat pengajaran.
·       Menyediakan sebuah sistim yang berupa penggunaan teknologi yang dapat membantu guru dalam pengajaran.
·       Sebagai salah satu dasar pengambilan keputusan bagi kepala sekolah untuk reposisi guru.
2.    Meningkatkan keefektifan kurikulum sehingga berdaya guna dan terlaksana dengan baik
3.    Meningkatkan keefektifan dan keefesiensian sarana dan prasarana yang ada untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik sehingga mampu mengoptimalkan keberhasilan siswa
4.    Meningkatkan kualitas pengelolaan sekolah khususnya dalam mendukung terciptanya suasana kerja yang optimal yang selanjutnya siswa dapat mencapai prestasi belajar sebagaimana yang diharapkan.
5.    Meningkatkan kualitas situasi umum sekolah sehingga tercipta situasi yang tenang dan tentram serta kondusif yang akan meningkatkan kualitas pembelajaran yang menunjukkan keberhasilan lulusan.
Dalam pelaksanaannya tentu terjadi ketidak seragaman dalam memahami dan melaksanakan supervisi, mala hal yang harus dilakukan oleh seorang kepala sekolah dalam memecahkan permasalahan tersebut adalah sebagai berikut.
1.    Penyamaan visi dan misi.
2.    Pengelolaan supervisi yang baik.
3.    Pelibatan guru secara individual dalam pelaksanaan supervisi.
4.    Pelibatan organisasi guru seperti PKG, KKG, dan KKKS untuk mengukur keberhasilan guru dalam pembelajaran dan sebagai tempat bertukar pikiran.

Sumber:
Huda, Khoirul. (2008). Supervisi Pendidikan. [online]. Tersedia: http://constitutionlaw.blogspot.com/. [8 Mei 2012]
Sriudin. (2011). Supervisi Pendidikan. [online]. Tersedia: http://www.sarjanaku.com/2011/05/supervisi-pendidikan.html. [8 Mei 2012].
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.

Selasa, 13 November 2012

"Si Windu" Kuda Kuningan

Dalam kisah Sejarah Kuningan telah diberitakan bahwa tokoh Syekh Maulana Arifin, yaitu putra dari Syekh Maulana Akbar, pernah memelihara peternakan jenis kuda yang selanjutnya berkembang dan terkenal menjadi KUDA KUNINGAN sekarang ini. Konon jenis/varian kuda kuningan pada abad XV itu adalah hasil blasteran antara kuda-kuda pilihan saat itu yang diantaranya didatangkan dari daerah Bima (Sumbawa) sehingga diperoleh jenis kuda yang kuat, bertenaga besar, tangguh, dan juga lincah/gesit. Seimbang dengan kelincahan & kegesitannya itu makanya bentuk tubuh atau perawakan kuda itu memiliki bentuk fisiknya yang ideal yaitu bertubuh kecil, tetapi tidak terlalu kecil seperti kuda poni. Berukuran lebih kecil bila dibandingkan dengan induk semangnya dari Bima/Sumbawa yang “jangkung pangguh”. Pada waktu itu kuda-kuda dari Kuningan ini digunakan sebagai kuda tunggangan pemiliknya (semacam kendaraan pribadi), khususnya dimiliki oleh para pejabat kalangan istana/keraton, dan juga sebagai kuda tunggangan untuk berperang (kuda perang).
Salah satu kuda kuningan yang hebat pernah tercatat dalam sejarah Kuningan diantaranya bernama “Si Windu”. Kuda peliharaan Dipati Ewangga, seorang panglima pasukan dari Kuningan ini, pernah dipakai dalam perjalanan perang Sang Adipati Kuningan untuk bertempur membantu Cirebon menundukkan Galuh, Wiralodra (Indramayu), bahkan ke Sundakalapa menundukkan Portugis. Kegesitan dan kelincahan Si Windu terlihat ketika Sang Adipati Kuningan bertempur dengan Prabu Wiralodra yang menunggang gajah. Dengan ketangguhan dan kegesitan kuda “Si Windu” pertempuran tersebut akhirnya dimenangkan Sang Adipati Kuningan.
Kisah heroik kuda kuningan dalam peperangan tersebut mencuatkan istilah /jargon pujian yang dikenal dengan “Kecil-kecil Kuda Kuningan”, yang artinya walaupun bertubuh kecil tetapi jangan dianggap enteng, dapat mengalahkan yang besar, karena ketangguhan dan kegesitannya itu. Bahkan jargon itu sekarang dapat diterapkan dalam pengertian luas, misalnya memberi “trade mark” bagi orang Kuningan yang berhasil sukses di perantauan, atau pujian dan sanjungan lainnya yang kiasannya sinonim dengan “kecil-kecil cabe rawit”.
Nama “Windu” yang terkenal itu akhirnya menjadi maskot daerah kuningan saat ini. Gambar kuda dijadikan logo maskot Kab. Kuningan. Itu sebabnya kota Kuningan dikenal pula dengan julukan “kota kuda”. Menurut sumber buku Cirebon (PS Sulendraningrat), ada nama lengkap kuda yang bersejarah ini. Namanya tidak hanya “Windu” tetapi “Winduhaji”. Yang menjadi pertanyaan adalah, apakah ada kaitannya antara nama kuda “Windu” atau “Winduhaji” dengan nama Kelurahan Winduhaji yang sekarang eksis sebagai salah satu bentuk tatanan pemerintahan di Kec Kuningan ? Apakah pemberian nama Kelurahan Winduhaji adalah untuk memberikan kenangan sejarah, memberikan penghargaan/jasa terhadap kisah heroik kuda kuningan Si Windu” atau “Si Winduhaji” tersebut? Dan secara tidak sengaja muncul hipotesa: Mengapa orang-orang nomor 1 di Kuningan diantaranya muncul dari daerah-daerah yang bersejarah / berkaitan dengan sejarah di Kuningan, misalnya Luragung, dan kali ini Winduhaji. ????

Manajemen Kelas



Manajemen Kelas

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran, seorang guru harus bisa mengelola kelas. Menurut Fauzan A. Mahanani, ketrampilan mengelola kelas adalah ketrampilan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan ketrampilan untuk mengembalikan kondisi belajar yang optimal. Atau dengan kata lain mengelola kelas adalah kegiatan mengatur sejumlah sumber daya yang ada di kelas sehingga dapat mencapai tujuan pemebalajaran yang ingin dicapai secara efektif dan efisien.
Kegiatan pengaturan sumber daya yang dilakukan yang dilakukan di dalam kelas mencakup unsur manusi dan non-manusia dalam hal ini pendidik, peserta didik, bahan ajar, media, dan sebagainya. Kedua unsur ini memiliki kedudukan sama penting guna mendukung tercapainya tujuan pembelajaran yang dikehendaki. Manajemen kelas yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian tujuan pembelajaran di dalam kelas sehingga produktivitas kelas tinggi dan mendukung kinerja guru.
Permasalahan dapat muncul dalam kelas, oleh karena itu untuk meminimalisir dan menetralisir permasalahan yang mungkin muncul dan sudah muncul maka guru dituntut untuk memahami setiap aspek dalam manajemen kelas serta fungsi dari manajemen kelas itu sendiri serta peran-peran yang harus dibawakan oleh guru di dalam kelas.
Strategi penanganan masalah sebagai  bagian dari kegiatan manajemen kelas yang dapat dilakukan guru yaitu sebelum masalah muncul dengan menggunakan pendekatan preventif berupa pencegahan terhadap kemungkinan munculnya masalah dimana, siapa, dan kapan. Bila permasalahan sudah muncul maka strategi yang dapat diterapkan dengan menggunakan pendekatan kuratif berupa pengobatan dan perbaikan terhadap masalah-masalah yang muncul sehingga tidak terjadi pengulangan dan tidak member dampak buruk bagi hal lainnya.
Untuk memperoleh hasil belajar yang baik maka komponen proses harus didukukng oleh pemahaman guru tentang cara-cara belajar yang dilakukan anak, ada yang lebih efektif dengan audio, visual, dan penggabungan keduanya. Dengan kemampuan dan persiapan yang matang oleh guru maka diharapkan bahwa kelas yang menyenangkan dan memberikan rasa nyaman untuk belajar siswa dapat diwujudkan. Selain itu komponen kemampuan guru tidak kalah pentingnya dalam keefektifan siswa belajar di kelas. Komponen tersebut berupa kemampuan guru dalam melakukan pembelajaran secara efektif, artinya guru mampu mengajar efektif dan efisien dengan tidak meninggalkan unsure filosofis dalam pembelajaran. Penggunan teknologi juga harus disesuaikan dengan perkembangan jaman. Seperti penggunaan internet. Semakin banyaknya model-model pembelajaran yang secara tidak langsung bahkan  secara langsung menitikberatkan pelaksanan pembelajaran dengan menggunakan internet.
Apabila ketrampilan dilakukan dengan baik maka akan berdampak positif baik pada siswa maupun pada guru yang bersangkutan. Penggunaan manajemen kelas dapat digambarkan sebagai berikut
Siswa :
1.    Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu terhadap tingkahlakunya serta sadar akan mengendalikan dirinya.
2.    Membantu siswa mengerti akan arah tingkahlakunya sesuai dengan tatatertib kelas dan merasakan teguran guru sebagai suatu peringatan bukan kemarahan.
3.    Menimbulkan rasa kewajiban melibatkan diri dalam tugas serta bertingkahlaku yang wajar sesuai dengan aktivitas kelas yang sedang berlangsung.
Guru :
1.    Mengembangkan pengertian dan ketrampilan dalam memelihara kelancaran penyajian dan langkah-langkah pelajaran secara tepat dan baik.
2.    Memiliki kesadaran terhadap kebutuhan siswa dan mengembangkan kompetensi di dalam memberikan pengarahan yang jelas kepada siswa.
3.    Memberikan respon secara efektif terhadap tingkah laku siswa yang menimbulkan gangguang.


Sumber Referensi:
Mahani, Fauzan. (2010). Mengelola (Manajemen Kelas). [online]. Tersedia: http://edukasi.kompasiana.com/2010/02/01/mengelola-kelas/. [11 Maret 2012].
Tim Dosen Administrasi Pendidikan. (2010). Pengelolaan Pendidikan. Bandung: Jurusan Administrasi Pendidikan.